Postingan

Polemik Rujukan Bumil ke RSUD Larantuka Seakan Menyudutkan Dr. Jimmy Sunur. Lembata Butuh Pemimpin yang Paham Kesehatan, Jangan Jadikan Kesehatan sebagai Alat Politik!

Wartapers.com

 

Lembata,||wartapers.com - Kisruh mengenai rujukan pasien ibu hamil (bumil) ke RSUD Larantuka belakangan ini menjadi perbincangan hangat di Bumi Ikan Paus Lembata. Polemik ini seolah diarahkan untuk menyudutkan Dr. Jimmy Sunur, calon Bupati Lembata yang juga seorang dokter spesialis kebidanan dan kandungan. Namun, masalah ini sebenarnya mencerminkan persoalan yang lebih mendalam terkait ketersediaan dokter spesialis di Kabupaten Lembata.

Pasca pengunduran diri Dr. Jimmy Sunur sebagai ASN, RSUD Lewoleba praktis hanya menyisakan Dr. Ina Tukan sebagai satu-satunya dokter kandungan yang bertugas. Kondisi ini diperparah dengan mundurnya Dr. Ina Tukan secara tiba-tiba, diduga karena berbagai alasan, termasuk tawaran gaji fantastis dari sebuah RS swasta di Jakarta dan keinginan untuk berkumpul dengan keluarganya di ibu kota.

Pengunduran diri kedua dokter spesialis ini menimbulkan kekhawatiran besar di kalangan masyarakat Lembata. Rujukan pasien bumil ke RSUD Larantuka pun dianggap sebagai bukti nyata kurangnya perhatian pemerintah daerah terhadap kesejahteraan tenaga kesehatan, terutama dokter spesialis yang bertugas di daerah terpencil seperti Lembata.

Disini dapat dilihat ketidakadilan dalam pandangan publik terhadap keputusan dua dokter. Dr. Ina yang memilih kembali ke Jakarta setelah pengunduran dirinya dianggap wajar dan tidak dipermasalahkan. Sebaliknya, Dr. Jimmy yang memilih mundur dari ASN untuk maju sebagai calon Bupati Lembata justru mendapat kritik dan disudutkan. Hal ini mencerminkan adanya permainan politik yang memanfaatkan situasi demi kepentingan tertentu, mengabaikan niat baik Dr. Jimmy untuk membangun daerahnya.

Sumber resmi di lingkaran Tim Sukses Paket Lembata Jaya melalui Hery Tanatawa Purab kepada media ini, Jumat 30 Agustus 2024 mengungkapkan, bahwa  sebenarnya Dr. Jimmy Sunur sendiri telah menawarkan diri untuk bekerja secara sukarela tanpa bayaran di RSUD Lewoleba selama masa Pilkada, demi alasan kemanusiaan. Namun, tawaran ini ditolak oleh Direktur RSUD dengan alasan khawatir terafiliasi dengan urusan politik. Sementara itu, upaya pemerintah daerah untuk mendatangkan dokter spesialis pengganti dari Kupang juga menemui jalan buntu karena rendahnya gaji yang ditawarkan.

Dalam konteks ini, menurut Tanatawa, Dr. Jimmy Sunur yang maju sebagai calon Bupati Lembata dengan visi besar memperbaiki sistem kesehatan di Lembata berkomitmen untuk meningkatkan kesejahteraan tenaga kesehatan dan memperbaiki sarana serta prasarana kesehatan di Lembata. 

“Jika terpilih, ia berjanji untuk menjadikan Lembata sebagai daerah yang lebih sehat dengan kehadiran lebih banyak dokter spesialis,” tutur Tanatawa.

Namun, jika tidak terpilih, ada kekhawatiran bahwa Lembata akan kehilangan dua dokter spesialis sekaligus, yakni Dr. Jimmy dan istrinya. Hal ini bisa berdampak pada semakin banyaknya pasien yang harus dirujuk ke luar Lembata, termasuk pasien dengan berbagai penyakit lainnya.

Situasi ini menegaskan bahwa ketidakadaan dokter spesialis di Lembata adalah tanggung jawab RSUD dan pemerintah daerah setempat. Oleh karena itu, masyarakat Lembata diharapkan untuk lebih bijak dalam memilih pemimpin yang memahami persoalan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat pada Pilkada 27 November mendatang.

Jika Lembata tidak ingin terus bergantung pada rujukan keluar, maka pemimpin yang terpilih haruslah seorang dokter spesialis yang paham betul soal kesehatan masyarakat. "Jika tidak mau dirujuk, bupatinya harus dokter."

Jika Dr. Jimmy Sunur terpilih sebagai Bupati Lembata, ia berkomitmen untuk membawa perubahan signifikan dalam sektor kesehatan. Program unggulan yang akan ia usung mencakup peningkatan kesejahteraan tenaga kesehatan (nakes) dan pengembangan sarana serta prasarana kesehatan yang lebih memadai. Selain itu, ia juga berencana memfasilitasi anak-anak daerah Lembata agar dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang kedokteran, baik umum maupun spesialis.

Namun, jika Dr. Jimmy tidak terpilih, ada potensi besar bahwa ia dan istrinya akan meninggalkan Lembata. Ini akan menjadi pukulan berat bagi dunia kesehatan di Lembata, mengingat ketiadaan dokter spesialis akan semakin memperburuk kondisi pelayanan medis di daerah tersebut. Pasien yang memerlukan perawatan khusus akan semakin sering dirujuk ke luar Lembata, yang tentu saja menambah beban bagi masyarakat setempat.

Ketiadaan dokter spesialis di Lembata bukanlah masalah yang baru, melainkan masalah yang telah berlangsung lama. Sejak berdirinya Kabupaten Lembata pada tahun 1999 hingga sekarang, hanya ada empat dokter spesialis yang menetap di Lembata, yaituDr,. Jimmy dan istrinya, Dr. Ina Tukan, serta Dr. Osi Beyeng. Kesulitan mendatangkan dokter spesialis ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk rendahnya gaji yang ditawarkan serta kurangnya perhatian dari pemerintah daerah terhadap kesejahteraan tenaga kesehatan.

Dengan latar belakang ini, Dr. Jimmy Sunur maju sebagai calon bupati dengan tujuan utama untuk memperbaiki kondisi ini. Jika terpilih, ia bertekad untuk mencetak sejarah sebagai bupati yang juga seorang dokter spesialis, yang tidak hanya memahami persoalan kesehatan tetapi juga mampu memberikan solusi konkret untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Lembata.

Polemik mengenai rujukan bumil ke RSUD Larantuka hendaknya menjadi pembelajaran bagi semua pihak. Kesehatan masyarakat seharusnya tidak dipolitisasi, tetapi dilihat sebagai tanggung jawab bersama. Oleh karena itu, masyarakat Lembata diharapkan dapat membuat keputusan yang tepat dalam Pilkada mendatang, memilih pemimpin yang benar-benar peduli dan berkompeten di bidang kesehatan.

Dengan demikian, masa depan kesehatan di Lembata sangat bergantung pada pilihan masyarakat dalam pemilu 27 November mendatang. Jika ingin perubahan yang nyata dan berkelanjutan, maka memilih bupati yang memiliki latar belakang dan pemahaman mendalam tentang kesehatan menjadi langkah yang sangat penting. 

"Lembata Butuh Pemimpin yang Paham Kesehatan, Jangan Jadikan Kesehatan sebagai Alat Politik! Salam Lembata Jaya!



Pewarta:sabatani

Editor: redaksi 

Posting Komentar