Lembata, || wartapers.com -Usai diterjang badai Seroja pada 4 April 2021, dua sekolah di Kecamatan Ile Ape Timur, Kabupaten Lembata, yakni SD Inpres Hamahena dan SD Inpres Tokojaeng, berinisiatif melakukan kolaborasi pembelajaran. Kedua sekolah yang terdampak bencana ini kini berbagi satu gedung yang dibangun diatas tanah pemda dekat pemukiman masyarakat desa lamawolo Tanah Merah. Sebuah langkah yang memadukan semangat kebersamaan dan perjuangan pascabencana.
Kepala SD Inpres Hamahena, Emanuel Tana, dalam wawancaranya dengan media, menjelaskan bahwa kolaborasi antara kedua sekolah ini bukan sekadar berbagi ruang, namun juga tentang mendukung pendidikan anak-anak di tengah keterbatasan. "Kami merasakan nasib yang sama setelah bencana Seroja. Karena itu, kami sepakat untuk berbagi ruang dan pembelajaran," katanya, mengenang dampak besar dari bencana yang melanda wilayah mereka.
Meski bukan hal yang mudah, keputusan untuk melakukan pembelajaran kolaboratif diambil setelah mempertimbangkan pentingnya pendidikan bagi generasi muda. Setiap pagi, siswa-siswa dari kedua sekolah menjalani proses belajar bersama di satu ruang kelas, didampingi oleh dua wali kelas yang bekerja sama mengarahkan pelajaran. Kolaborasi ini menciptakan atmosfer belajar yang penuh semangat dan saling mendukung antara guru dan murid.
Menurut Emanuel, proses pembelajaran ini berjalan sangat lancar. "Guru-guru saling membantu dan berbagi materi, menjadikan setiap pelajaran lebih kaya dan menyenangkan," tambahnya. Keberhasilan ini juga terlihat dari antusiasme siswa-siswi yang merasa semakin bersemangat untuk belajar bersama, meskipun dalam kondisi pascabencana yang penuh tantangan.
Namun, kolaborasi ini bukan tanpa kendala. Terbatasnya fasilitas dan ruang menjadi salah satu tantangan utama yang dihadapi. Gedung yang digunakan saat ini adalah SDI Hamahena waimatan merupakan solusi terbaik mengakomodir siswa SDI Tokojaeng bergabung dalam pembelajaran kolaboratif, mengingat SD Inpres Tokojaeng belum memiliki bangunan permanen. Pihak ketiga, Bank Mega Berbagi, berencana membangun gedung baru untuk sekolah tersebut, meskipun hingga kini proses pembangunan belum terlaksana.
Meskipun demikian, Emanuel tetap optimis bahwa kolaborasi ini bisa bertahan. "Kami berharap jika ada lahan atau tanah yang bisa dibeli atau hibah dari pihak yang peduli pendidikan maka gedung SDI Tokojaeng/ lamawolo bisa dibangun, asalkan kerja sama pihak terkait bisa terwujud. semangat kolaborasi pembelajaran semakin meningkat diantara para guru dan siswa kedua sekolah tetap berlanjut," ujarnya. Kolaborasi antara kedua sekolah ini menjadi contoh nyata bagaimana semangat gotong royong dan kebersamaan dapat mengatasi berbagai kesulitan yang dihadapi pascabencana.
Saat ini, total siswa dari kedua sekolah mencapai 112 orang, dengan 21 guru yang mengelola proses pembelajaran bersama. SD Inpres Hamahena memiliki 56 siswa, sedangkan SD Inpres Tokojaeng memiliki sekitar 56 siswa. Meskipun kondisi yang serba terbatas, Emanuel menyatakan bahwa kolaborasi ini telah membawa dampak positif yang signifikan.
"Bukan hanya untuk siswa, kolaborasi ini juga memberikan pelajaran berharga bagi para guru. Kami belajar bagaimana menghadapi situasi sulit bersama-sama dan memperkuat rasa kebersamaan," tutur Emanuel. Dengan semangat ini, kedua sekolah berharap pendidikan untuk anak-anak di Kecamatan Ile Ape Timur bisa terus berjalan dengan baik, meski tantangan masih terus menghadang.
Pewarta: sultan
Editor: redaksi