Notification

×

Iklan

Iklan

"Kolaborasi LSM, Masyarakat Adat, dan Pemerintah: Kunci Kemajuan dan Kelestarian Desa Kolontobo," Tegas Kades Lambertus Nuho

Rabu, 11 Desember 2024 | Desember 11, 2024 WIB | 0 Views Last Updated 2024-12-11T10:25:02Z


Lembata, ||  wartapers.com -  Kepala Desa Kolontobo, Lambertus Nuho, menegaskan pentingnya keberadaan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) sebagai kekuatan strategis dalam mendukung kemajuan desa. Ia menyatakan bahwa LSM memiliki peran vital dalam mendorong pengembangan potensi lokal dan pemberdayaan masyarakat. Pernyataan ini disampaikan saat menutup kegiatan Pengorganisasian Masyarakat Nelayan Tradisional di lima desa intervensi proyek Yayasan Barakat di Desa Kolontobo, pada Rabu, 11 Desember 2024.


"Semua LSM adalah kekuatan desa. Begitu pula kelompok-kelompok lain yang berkontribusi dalam pembangunan. Kolaborasi adalah kunci untuk membawa Desa Kolontobo selangkah lebih maju," ujar Lambertus Nuho dengan tegas di hadapan peserta kegiatan.


Dalam kesempatan tersebut, Lambertus juga mengungkapkan bahwa Desa Kolontobo kini telah memasuki kategori desa maju. "Kami hanya tinggal selangkah lagi menuju desa mandiri," tegasnya, dengan penuh optimisme. Ia mengajak seluruh elemen masyarakat untuk terus bekerja bersama dalam mewujudkan cita-cita tersebut.


Kegiatan yang digagas oleh Yayasan Barakat ini juga menyoroti pentingnya pengelolaan sumber daya laut secara berkelanjutan, dengan fokus utama pada penerapan zona larangan tangkap atau Wilayah Muro. Wilayah ini adalah kawasan yang dilarang untuk aktivitas penangkapan ikan dalam periode tertentu, guna menjaga keseimbangan ekosistem laut.


"Penerapan Wilayah Muro adalah langkah strategis untuk memastikan keberlanjutan hasil tangkapan nelayan tradisional. Ini juga merupakan bentuk komitmen kita dalam menjaga kelestarian laut," tambah Lambertus.


Yayasan Barakat sendiri telah mengintervensi lima desa pesisir di Kabupaten Lembata, termasuk Kolontobo, dalam rangka pemberdayaan nelayan tradisional. Pendekatan yang diterapkan tidak hanya fokus pada aspek ekologi, tetapi juga pada pengorganisasian masyarakat untuk memperkuat kemandirian mereka.


Kades Kolontobo mengapresiasi inisiatif ini dan berharap masyarakat dapat memanfaatkan ilmu serta keterampilan yang diberikan dalam mendukung mata pencaharian mereka. "Saya yakin dengan kerja sama yang baik, kita bisa menjadikan Desa Kolontobo sebagai desa percontohan dalam pengelolaan sumber daya laut yang berkelanjutan di Lembata," ungkapnya.


Acara penutupan ini ditandai dengan dialog produktif antara pemerintah desa, Yayasan Barakat, dan perwakilan masyarakat nelayan. Dialog tersebut menghasilkan beberapa rekomendasi untuk memperkuat pengelolaan Wilayah Muro serta meningkatkan kapasitas masyarakat nelayan di Desa Kolontobo.


Sementara itu, Direktur Barakat Indonesia Wilayah Lembata, Benediktus Bedil Pureklolon, menekankan pentingnya penerapan Muro sebagai bagian dari kearifan lokal dalam pengelolaan laut. "Muro adalah tradisi yang sudah berakar kuat dalam masyarakat, dan kita harus menjaga keberlangsungannya," ujarnya.


Menurut Benediktus, Muro merupakan sistem adat yang memberikan perlindungan terhadap sumber daya alam, baik di laut maupun di darat. Dalam implementasinya, Muro dilengkapi dengan dua instrumen penting, yaitu pembunuhan hewan korban untuk mensakralkan sumpah adat, serta sumpah adat yang diikuti dengan upacara Baulolon di Namang Lewo, yang menegaskan komitmen masyarakat dalam menjaga kelestarian alam.


Ia juga menjelaskan bahwa masyarakat adat di Kolontobo memiliki peran sangat penting dalam menjaga wilayah laut dan darat. Sebagai contoh, suku Matarau Wolo Pito memiliki tanggung jawab khusus untuk menjaga wilayah laut dan pantai.


Selain itu, upacara adat seperti Awa Bele dan Welo turut berperan besar dalam melibatkan seluruh elemen masyarakat dalam menjaga kawasan konservasi. Dalam upacara ini, pemangku adat, seperti Molan (imam adat), memainkan peran utama dalam memimpin prosesi yang diikuti dengan perburuan massal di sekitar kawasan Ile Ape.


Pengelola Program Yayasan Barakat, Rafael Suban Ikun, juga menyampaikan bahwa pengelolaan kawasan konservasi ini tidak terlepas dari dukungan pemerintah. Muro yang telah disepakati oleh masyarakat di enam desa untuk dilindungi, kini telah memperoleh pengakuan hukum melalui berbagai langkah, termasuk Sumpah Adat di Namang dan penetapan kawasan konservasi melalui Surat Keputusan Gubernur Nusa Tenggara Timur pada tahun 2019.


Suban Ikun menjelaskan lebih lanjut bahwa Muro juga tercantum dalam Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan, yang menetapkan kawasan konservasi di perairan Lembata, termasuk di dalamnya adalah wilayah zona Muro.


Lebih jauh, ia menekankan pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem laut untuk mendukung kelestarian karbon biru. Mangrove, padang lamun, dan terumbu karang merupakan elemen yang tak terpisahkan dalam sistem ini. Mangrove memiliki kemampuan luar biasa dalam menyerap karbon lebih banyak daripada hutan tropis daratan, serta memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat pesisir.



Padang lamun juga berfungsi penting dalam penyerapan karbon hingga 6,59 persen per tahun, menjadikannya salah satu senjata alam yang efektif dalam menghadapi krisis iklim global. Terumbu karang juga berperan besar dalam mengontrol iklim bumi, karena lebih dari 70% permukaan bumi tertutup oleh air laut yang berfungsi menangkap karbon dioksida dari atmosfer.


Dengan adanya penguatan kapasitas masyarakat nelayan dan penerapan sistem Muro, diharapkan Desa Kolontobo dapat menjadi model bagi desa-desa lainnya dalam menjaga kelestarian lingkungan serta mengembangkan potensi ekonomi berbasis kelautan yang ramah lingkungan.


Suban Ikun menambahkan, "Kerja sama antara LSM, masyarakat adat, dan pemerintah adalah kunci untuk melindungi sumber daya alam kita. Muro bukan hanya soal perlindungan ekosistem, tetapi juga tentang mempertahankan nilai-nilai adat yang telah ada sejak lama dan berfungsi menjaga keharmonisan antara manusia dan alam," ujarnya. "Kami di Yayasan Barakat berkomitmen untuk terus mendukung upaya ini, dan berharap dapat melihat lebih banyak desa yang terinspirasi oleh Kolontobo dalam menjaga kelestarian lingkungan mereka."




Pewarta: sabatani

Editor: redaksi 

×
Berita Terbaru Update