Notification

×

Iklan

Iklan

Burung Pipit Mengganas, Petani Sawah di Bello Terpaksa Berjaga dari Pagi hingga Sore

Kamis, 30 Januari 2025 | 04:05 WIB | 0 Views Last Updated 2025-01-30T12:05:49Z

 


Kupang, ||wartapers.com -  Para petani sawah di Kelurahan Bello, Kecamatan Maulafa, Kota Kupang, kini menghadapi ancaman serius dari hama burung pipit. Burung-burung ini menyerang area persemaian bibit padi, memakan dan merusaknya dalam jumlah besar. Akibatnya, para petani terpaksa berjaga dari pagi hingga sore untuk melindungi tanaman mereka.


Fredik Abi (58), seorang petani di Bello, mengungkapkan bahwa serangan burung pipit semakin menjadi-jadi dalam beberapa waktu terakhir. “Hama burung pipit saat ini menjadi musuh petani di sawah. Padi yang baru saja disemai dimakan dan dirusak oleh burung yang sewaktu-waktu bergerombol ke areal persemaian,” katanya saat ditemui di sawahnya, Kamis (30/1).


Senada dengan Fredik, Yunus Takene (44), petani lainnya, juga mengeluhkan hal yang sama. Menurutnya, bibit padi yang baru ditanam sangat rentan diserang. “Kami harus menjaga sawah sejak pukul enam pagi hingga enam sore agar burung tidak menyerang bibit yang baru kami semai,” ujar Yunus.


Bibit padi yang baru disemai biasanya harus dijaga hingga berusia dua minggu agar cukup kuat untuk bertahan dari gangguan. Setelah berumur tiga hingga empat minggu, bibit baru bisa dipindahkan ke petak sawah untuk ditanam kembali. Namun, sebelum mencapai usia itu, para petani harus ekstra waspada.


Untuk mengusir burung, para petani memasang berbagai alat sederhana. Yusak Takene, misalnya, menggunakan kaleng yang diikat dengan tali dan digantung di beberapa titik sawahnya. “Kaleng-kaleng ini bisa berbunyi saat tertiup angin atau ditarik, sehingga bisa mengusir burung,” jelasnya.


Selain itu, Yuliana Bana (60), petani sawah di RT 05/RW 03 Kelurahan Bello, memilih memasang orang-orangan sawah. “Orang-orangan ini dibuat dari kain bekas agar burung takut mendekat,” kata Yuliana saat ditemui di sawahnya, Kamis (30/1).


Menurut Yuliana, burung pipit tidak hanya memakan bibit padi, tetapi juga merusaknya meskipun sudah mulai tumbuh akar. “Kalau kami lengah sedikit saja, burung datang bergerombol dan merusak bibit yang baru tumbuh. Akibatnya, jumlah bibit yang tersisa semakin berkurang,” ungkapnya.


Karena itu, para petani harus mengatur jadwal bergantian untuk berjaga. Yuliana bahkan bekerja sama dengan ponakannya yang sawahnya bersebelahan. “Kalau saya istirahat atau makan siang, ponakan saya yang gantian menjaga sawah. Kalau tidak, burung pipit akan masuk dan memakan bibit yang ada,” tambahnya.


Serangan hama burung pipit ini menjadi tantangan berat bagi para petani di Bello. Selain harus bekerja keras di sawah, mereka juga harus mengorbankan waktu dan tenaga ekstra untuk menjaga tanaman sejak dini. Tanpa perlindungan yang cukup, ancaman gagal panen bisa menjadi kenyataan. 



Pewarta; takene, sabatani

Editor: redaksi 

×
Berita Terbaru Update