Notification

×

Iklan

Iklan

Fentanyl Bukan Mainan. Curi Sekali, Tewas Berkali-kali!!. Mana Tanggung Jawab Rumah Sakit ?

Kamis, 17 April 2025 | 04:57 WIB | 0 Views Last Updated 2025-04-17T11:57:16Z

 



KOLAKA, WARTAPERS.COM ||Seribuan obat golongan narkotika yang biasa digunakan sebagai obat bius dicuri dari dua rumah sakit di Kendari, Sulawesi Tenggara. Kasus dugaan pencurian obat di RSUD Bahteramas Kota Kendari terjadi pada Kamis, 3 April 2025. Sementara itu, pencurian serupa juga terjadi di Kota Kendari pada Minggu, 6 April 2025.


Pelaku diduga membongkar jendela gudang saat kondisi rumah sakit dalam keadaan sepi. Dari RSUD Bahteramas, pelaku berhasil mengambil sebanyak 1.460 ampul obat bius bermerek Fentanyl.


Polisi telah memeriksa sejumlah saksi serta rekaman CCTV untuk mengungkap pelaku dalam kasus pencurian ini. Penyelidikan masih terus berlangsung.


Di tengah meningkatnya kesadaran masyarakat akan bahaya narkotika, sebuah pertanyaan besar menggema dari Kota Kendari, Sulawesi Tenggara: bagaimana mungkin zat mematikan seperti fentanyl bisa lolos dari pengawasan dan berpotensi disalahgunakan? Siapa yang harus bertanggung jawab atas celah yang begitu fatal ini?


Fentanyl dan Lenyapnya Integritas: Siapa yang Bertanggung Jawab Atas Kelengahan Ini?


Fentanyl bukan sekadar obat biasa. Ia adalah narkotika golongan II dengan kekuatan 50 hingga 100 kali lebih kuat dari morfin. Dalam dosis mikro, ia menyelamatkan nyawa. Tapi ketika jatuh ke tangan yang salah, ia menjadi senjata pembunuh massal. Dan jika benar ada dugaan pencurian, penyelundupan, atau penyalahgunaan fentanyl di Kendari  itu bukan sekadar kasus kriminal, itu adalah kegagalan sistemik.


Keresahan Masyarakat Soal Fentanyl: Saatnya Semua Pihak Membuka Mata.


Andi Muh. Rayhan Anugrah Ketua DPM Fakultas Farmasi UHO.


 " Kami mewakili suara masyarakat yang gelisah, yang setiap harinya dihantui oleh bayang-bayang bahaya yang tak terlihat namun nyata: penyalahgunaan dan peredaran gelap obat keras seperti fentanyl. Di tengah kekhawatiran ini, muncul sejumlah pertanyaan yang tak kunjung mendapat jawaban. Ke mana pengawasan Dinas Kesehatan selama ini ? Apa upaya konkret pemerintah daerah dalam menjamin keamanan distribusi obat-obatan keras,"? 


 "Dan mengapa hingga kini, apotek, rumah sakit, serta distributor farmasi belum memiliki sistem pelacakan obat yang transparan dan akuntabel?


Ini bukan tudingan, ini tuntutan akan kejelasan. Sebab setiap ampul fentanyl yang hilang bukan sekadar statistik kriminal—melainkan potensi hilangnya satu nyawa manusia. Fentanyl bukan hanya persoalan hukum; ia adalah persoalan moral. Dan jika kita diam, maka kita turut bersalah. Kami ingin menggugah semua pihak agar bertanggung jawab, dan menyadari bahwa diam di tengah krisis ini sama dengan membiarkan tragedi terus terjadi."



Sebagai mahasiswa farmasi, kami merasa terpanggil untuk terlibat aktif dalam pergerakan penyelesaian masalah ini. Kami mulai dari langkah yang kami bisa: menyebarluaskan informasi dan edukasi kepada masyarakat tentang bahaya fentanyl, mendorong kesadaran bersama tentang pentingnya pengawasan distribusi obat keras, serta mendukung proses pencarian pelaku pencurian dan penyalahgunaan fentanyl agar dapat dihukum seadil-adilnya dan diberi efek jera.



Saat ini, DPM Farmasi UHO secara resmi mengangkat isu ini sebagai bagian dari gerakan kolektif kami. Kami menjadikan fentanyl bukan sekadar topik diskusi akademik, tapi panggilan moral untuk bertindak.


Kami menyerukan ini bukan untuk mencari kambing hitam, tetapi untuk membuka mata semua pihak. Agar rantai kelemahan dalam pengawasan tidak lagi menjadi celah kematian. Karena di balik setiap ampul yang hilang, ada nyawa yang mungkin tak sempat diselamatkan.



Pewarta : ASRIL WP

Editor : Redaksi

×
Berita Terbaru Update